Sejak kapan sebenarnya demam Korea dimulai?
Mungkin sejak banyaknya drama Korea yang mewarnai layar kaca Indonesia. Sejak tahun 2002 salah satu stasiun televisi swasta menayangkan drama yang mengisahkan terpisahnya kakak dan adik, Endless Love. Romantisme dan kisah tragis yang menyedihkan senantiasa mewarnai drama ini sehingga Endless Love sukses memikat hati para pemirsa yang sebagian besar kaum hawa. Selain itu drama ini juga diperankan oleh aktor dan aktris yang good looking dan memiliki kemampuan akting yang memukau.
Bahkan pada abad 21, Korea dapat dikatakan berhasil menyaingi Hollywood dan Bollywood dalam melebarkan sayap budayanya ke dunia internasional. Hallyu wave adalah kata rujukan yang mengarah pada fenomena Korean Fever, demam Korea yang beberapa tahun belakangan ini mulai melanda seluruh Asia. Mulai dari fashion, gaya rambut, film, hingga musik, menjadikan segala sesuatu yang berbau Korea menjadi begitu populer di kalangan masyarakat terutama para kawula muda. Fenomena ini membuat Korea Selatan menjadi salah satu dari sepuluh eksportir budaya, disamping Jepang, Amerika, dan lain-lain.
Efek dari hallyu itu sendiri adalah semakin banyaknya orang yang tertarik untuk mempelajari budaya Korea lebih jauh. Di tanah air juga mulai terlihat peningkatan minat dalam bahasa Korea yang ditandai dengan bertebarannya kursus – kursus Korea, yang dulunya lebih didominasi oleh Jepang dan Mandarin. Dan juga menu-menu masakan Korea yang mulai dicari, begitu juga Hanbok, pakaian tradisional Korea.
Selain itu ada juga efek lain yang melanda berbagai negara di dunia. Seperti banyaknya film–film Korea yang diadaptasi oleh Amerika untuk dibuat remake-nya. Kebanyakan genrenya adalah horror, tapi ada juga film drama yang sukses diadaptasi yaitu The Lake House yang pada versi Hollywoodnya dibintangi oleh “pasangan SPEED”, Sandra Bullock dan Keanu Reeves. Ini menandakan dimulainya Korean wave telah menginvasi hampir seluruh dunia, tidak hanya wilayah Asia. Setelah budaya pop Jepang yang populer dengan Dorama, J-pop, manga, dan huruf kanji. Kini orang–orang mulai melirik negara tetangganya dengan K-drama, K-pop, manhwa dan huruf hangul.
Kesuksesannya diikuti oleh drama-drama Korea yang lainnya seperti Sassy Girl- Choonhyang, Princess Hour, hingga Boys Before Flowers. Tidak hanya romantis, seringkali adegan-adegan konyol juga mewarnai sebagian besar drama Korea sehingga cerita yang disajikan menjadi tidak begitu berat dan menyedihkan. Adegan-adegan yang ditayangkan juga tidak vulgar seperti film barat. Selain itu episode-nya juga tidak sepanjang sinetron Indonesia, hanya sekitar 16 hingga 25 episode saja. Hal-hal tersebut tentu saja membuat drama Korea langsung melejit di Indonesia.
Selain drama Korea, kini musik Korea juga sudah mulai berkembang dan mulai akrab di telinga kita. Lagu yang menjadi soundtrack atau backsound dalam drama Korea yang easy listening dan ear-catching menjadi lebih gampang diterima oleh para pemirsa. Musik K-pop juga sudah mulai dikenal di dunia. Sebut saja SNSD – Girls’ Generation, Rain, Super Junior dan Wondergirls yang pasti tak asing lagi di telinga kita. Mengusung genre musik dance atau pop yang berkiblat ke barat diimbangi dengan kemampuan menari dan wajah yang menawan serta body yang aduhai membuat mereka laku di pasaran.
Penampilan mereka tentu didukung juga dengan gaya berbusana yang “Korea banget” dengan memadukan warna-warna cerah dan nuansa ceria yang membuat penampilan mereka modis dan memberi kesan imut. Orang Korea sungguh sadar akan kecantikan, sikap ini membuat banyak label fashion dunia melirik pasar Korea. Beberapa drama Korea juga telah disponsori oleh label ternama seperti Ralph Lauren dan Dona Karran New York (DKNY). Gaya berbusana Korea yang modis dan lucu banyak diikuti oleh anak-anak muda. Mereka lebih berani bermain dengan warna dan aksesoris di sana-sini.
Tak heran demam Korea teleh menjangkiti banyak kalangan terutama di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar